Hai jumpa lagi dari Mahboen Coffee.
Yaelah bukan iklan, emang nyaman banget disini, ga bisa move on.
Kamu disini bukan karena lagi kesepian kan? Kalo bukan, simpen dulu deh artikel ini siapa tahu nanti kamu butuh. Karena ada kalanya manusia merasa sepi. Yang bermasalah adalah rasa sepi itu dalam jangka waktu lama ataukah sementara? Dan jika rasa sepi itu sampai membuat kita menjadi sakit secara medis. Iya bestie, sepi bisa bikin kita beneran sakit.
Ada artikel dari Javier Yaguas dkk yang berjudul the complexity of loneliness. Dikatakan bahwa kesepian berperan pada perubahan fungsi seluler, yaitu dengan meningkatkan aktifitas leukosit dan limfosit yang kemudian menarik faktor inflamasi dan meningkatkan glukokortikoid, mempengaruhi aksis hypothalamus-pituitary-adrenal lalu menyebabkan resistensi vaskular yang dapat selanjutnya menjadi penyebab Alzheimer, obesitas, stroke dan hipertensi. Bahaya kan.
Seperti semua masalah yang selalu ada, solusi juga selalu ada. Beberapa cara dapat dilakukan untuk menghilangkan rasa sepi.
//Terkoneksi kembali
Menghubungi seseorang yang menerima kita sepenuhnya contohnya orang tua, anak, sahabat atau keluarga dekat yang kita percayai akan membantu menyadarkan kita bahwa kita tidak sendiri. Kita bisa bercerita tentang nenek moyang kita dari ayah atau ibu dan mengerti bahwa mereka pun problematik. Eh engga, maksudnya, kita bisa tahu bahwa semua orang termasuk orang di masa lalu punya cerita perjuangannya, punya kesalahannya, punya kemenangannya dan kita akan melihat bahwa hal yang menyenangkan dan menyedihkan selalu berulang di dunia ini. Kenapa kita harus terkoneksi kembali pada orang yang kita percaya? Karena kita tidak ingin terkoneksi pada orang yang memberikan penilaian asal-asalan pada saat kita bercerita kekalahan kita atau tentang hal yang memalukan . Tentu, bercerita pada netizen atau orang yang tidak tahu turun naik hidup kita bisa jadi hanya membuat kita ditertawakan atau dijerumuskan dengan saran yang buruk untuk masa depan kita.
//Keluar rumah
Pernah dengar istilah sepi di keramaian? Kesepian tidak bergantung pada jumlah orang yang ada di sekitar kita tapi bagaimana koneksi dan persepsi kita pada orang-orang itu. Kita bersama 1000 orang di mall yang tidak kita kenal tentu akan berbeda dengan berduaan bareng pasangan. Pergi keluar rumah dapat sedikit membantu perasaan terisolir menghilang sedikit, apalagi jika kita dapat berolahraga yang membantu meningkatkan hormon dopamine keluar dan kita bisa merasa senang mengulangi kembali. Bisa pula kita keluar untuk makan es krim yang kita suka. Apakah dengan keluar rumah bisa langsung mengobati rasa sepi. Tentu saja, kita keluar rumah dengan alasan apa? Untuk ngambil sandal di masjid atau menuntun motor tetangga ke rumah kita atau untuk ngambil titipan mafia di belakang gardu listrik, itu pasti berbeda. Hehe!
//Menemui ahli
Banyak hal yang membuat orang merasa sepi diantaranya adalah kehilangan orang dekat misalnya kematian anak, perceraian, kehilangan orang tua atau kehilangan pekerjaan. Menjadi berbeda dari mayoritas orang di sekitar juga dapat membuat kita merasa takut terhadap penilaian orang. Pengalaman perundungan dari orang terdekat di masa lalu dapat menjadi salah satu faktor. Ada hal yang tidak dapat kita atasi sendiri dan butuh pertolongan ahli. Batasan orang merasa kesepian sampai membutuhkan pertolongan adalah ketika kita merasa itu terus mengganggu selama 1 minggu berturut-turut atau ssulit untuk dikendalikan dan telah mengganggu aktifitas sehari-sehari.
Pada akhirnya Aga harus mengatakan bahwa tidak semua hidup mempunyai peristiwa yang sama rata. Kita tidak sendiri. Mungkin yang kita hadapi sekarang juga sedang dihadapi orang lain entah di belahan dunia mana. Kita dilahirkan di dunia untuk berjuang. Cerita kita tidak sama, menyebabkan persepsi kita tidak sama pada suatu masalah. Tentu semua orang ingin menjadi versi lebih baik dari dirinya sendiri. Jangan patah semangat ya, kalau kamu merasa sendiri, kamu harus berusaha keluar dari ilusi itu. Esok matahari masih bersinar. Kalau sudah tidak lagi, maka seluruh dunia termasuk Aga juga tidak dapat menikmati sinar matahari lagi. Pernyataan ini tidak berlaku bagi kamu yang tinggal di kutub utara ya. 🙂
Bacaan lanjutan untuk kamu yang kepo :
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6179015/
https://www.webmd.com/mental-health/features/beat-loneliness